Senin, 27 Desember 2010

BAGAIMANA ROSUL SHOLAT TEPAT WAKTU SEBELUM ADA JAM.??

Dari sudut pandang
Fiqkih waktu shalat
fardhu seperti dinyatakan
di dalam kitab-kitab fiqih
adalah sebagi berikut :
Waktu Subuh Waktunya
diawali saat Fajar Shiddiq
sampai matahari terbit
(syuruk). Fajar Shiddiq
ialah terlihatnya cahaya
putih yang melintang
mengikut garis lintang
ufuk di sebelah Timur
akibat pantulan cahaya
matahari oleh atmosfer.
Menjelang pagi hari, fajar
ditandai dengan adanya
cahaya samar yang
menjulang tinggi
(vertikal) di horizon
Timur yang disebut Fajar
Kidzib atau Fajar Semu
yang terjadi akibat
pantulan cahaya
matahari oleh debu
partikel antar planet
yang terletak antara
Bumi dan Mars .
Beberapa menit
kemudian cahaya ini
seolah menyebar di
cakrawala secara
horizontal, dan inilah
dinamakan Fajar Shiddiq.
Secara astronomis Subuh
dimulai saat kedudukan
matahari ( s° ) sebesar
18° di bawah horizon
Timur sampai sebelum
piringan atas matahari
menyentuh horizon yang
terlihat (ufuk Mar'i /
visible horizon). Di
Indonesia khususnya
Departemen Agama
menganut kriteria sudut
s=20° dengan alasan
kepekaan mata manusia
lebih tinggi saat pagi hari
karena perubahan terjadi
dari gelap ke terang.
Waktu Zuhur Disebut
juga waktu Istiwa
(zawaal) terjadi ketika
matahari berada di titik
tertinggi. Istiwa juga
dikenal dengan sebutan
Tengah Hari (midday/
noon). Pada saat Istiwa,
mengerjakan ibadah
shalat (baik wajib
maupun sunnah) adalah
haram. Waktu Zuhur tiba
sesaat setelah Istiwa,
yakni ketika matahari
telah condong ke arah
Barat. Waktu tengah hari
dapat dilihat pada
almanak astronomi atau
dihitung dengan
menggunakan algoritma
tertentu. Secara
astronomis, waktu Zuhur
dimulai ketika tepi
piringan matahari telah
keluar dari garis zenith,
yakni garis yang
menghubungkan antara
pengamat dengan pusat
letak matahari ketika
berada di titik tertinggi
(Istiwa). Secara teoretis,
antara Istiwa dengan
masuknya Zuhur ( z° )
membutuhkan waktu 2
menit, dan untuk faktor
keamanan biasanya pada
jadwal shalat waktu
Zuhur adalah 4 menit
setelah Istiwa terjadi
atau z=1°.
Waktu Ashar Menurut
Mazhab Syafi'i, Maliki,
dan Hambali, waktu
Ashar diawali jika
panjang bayang-bayang
benda melebihi panjang
benda itu sendiri.
Sementara Madzab Imam
Hanafi mendefinisikan
waktu Ashar jika panjang
bayang-bayang benda
dua kali melebihi panjang
benda itu sendiri. Waktu
Ashar dapat dihitung
dengan algoritma
tertentu yang
menggunakan
trigonometri tiga
dimensi. Secara
astronomis ketinggian
matahari saat awal
waktu Ashar dapat
bervariasi tergantung
posisi gerak tahunan
matahari/gerak musim.
Di Indonesia khususnya
Departemen Agama
menganut kriteria waktu
Ashar adalah saat
panjang bayangan =
panjang benda + panjang
bayangan saat istiwa.
Dengan demikian
besarnya sudut tinggi
matahari waktu Ashar ( a
° ) bervariasi dari hari ke
hari.
Waktu Maghrib Diawali
saat matahari terbenam
di ufuk sampai hilangnya
cahaya merah di langit
Barat. Secara astronomis
waktu maghrib dimulai
saat seluruh piringan
matahari masuk ke
horizon yang terlihat
(ufuk Mar'i / visible
horizon) sampai waktu
Isya yaitu saat kedudukan
matahari sebesar i° di
bawah horizon Barat. Di
Indonesia khususnya
Departemen Agama
menganut kriteria sudut
i=18° di bawah horison
Barat.
Waktu ‘Isya Diawali
dengan hilangnya cahaya
merah (syafaq) di langit
Barat, hingga terbitnya
Fajar Shiddiq di Langit
Timur. Secara astronomis,
waktu Isya merupakan
kebalikan dari waktu
Subuh yaitu dimulai saat
kedudukan matahari
sebesar i° di bawah
horizon Barat sampai
sebelum posisi matahari
sebesar s° di bawah
horizon Timur.
Waktu Imsak adalah awal
waktu berpuasa. Diawali
10 menit sebelum Waktu
Subuh dan berakhir saat
Waktu Subuh. Ijtihad 10
menit adalah perkiraan
waktu saat Rasulullah
membaca Al Qur'an
sebanyak 50 ayat waktu
itu.
Demi menjaga
"keamanan" terhadap
jadwal waktu shalat yang
biasanya diberlakukan
untuk suatu kawasan
tertentu, maka dalam hal
ini setiap awal waktu
shalat menggunakan
kaidah "ihtiyati" yaitu
menambahkan beberapa
menit dari waktu yang
sebenarnya. Besarnya
ihtiyai ini biasanya
ditambahkan 2 menit di
awal waktu shalat dan
dikurangkan 2 menit
sebelum akhir waktu
shalat.
Akibat pergerakan semu
matahari 23,5° ke Utara
dan 23,5° ke Selatan
selama periode 1 tahun,
waktu-waktu tersebut
bergesar dari hari-kehari.
Akibatnya saat waktu
shalat juga mengalami
perubahan. oleh sebab
itulah jadwal waktu
shalat disusun untuk
kurun waktu selama 1
tahun dan dapat
dipergunakan lagi pada
tahun berikutnya. Selain
itu posisi atau letak
geografis serta
ketinggian tempat juga
mempengaruhi kondisi-
kondisi tersebut di atas.

1 komentar:

  1. Dengan Sholat tepat waktu insyallah kita bisa lebih khyusu dan tidak tergesa gesa

    BalasHapus