Senin, 20 Desember 2010

BENARKAH ARAH QIBLAT INDONESIA AGAK SERONG.??

Dan dari mana saja
engkau keluar (untuk
mengerjakan shalat),
maka hadapkanlah
mukamu ke arah Masjidil
Haram (Ka'bah), dan
sesungguhnya perintah
berkiblat ke Ka'bah itu
adalah benar dari
Tuhanmu. Dan (ingatlah),
Allah tidak sekali-kali
lalai akan segala apa
yang kamu
lakukan." ( QS. Al-
Baqarah : 149 )
dalam ajaran Islam,
mengadap ke arah kiblat
( Masjidil Haram /
Ka'bah ) adalah suatu
tuntutan syariah di dalam
melaksanakan ibadah
tertentu, ia wajib
dilakukan ketika hendak
mengerjakan shalat dan
menguburkan jenazah
orang Islam, ia juga
merupakan sunah ketika
azan, berdoa, berzikir,
membaca Al-Quran,
menyembelih binatang
dan sebagainya.
Berdasarkan tinjauan
astronomis atau falak,
terdapat beberapa teknik
yang dapat digunakan
untuk meluruskan arah
kiblat antaranya
menggunakan kompas,
theodolit, rasi bintang
serta fenomena transit
utama matahari di atas
kota MAkkah yang
dikenal dengan istilah
Istiwa A'zam (Istiwa
Utama). Di kalangan
pesantren di Indonesia
istilah yang cukup dikenal
adalah "zawal" atau
"rashdul qiblat
Di atas Ka'bah matahari
tepat berada di titik
Zenith saat Istiwa A'zam
Istiwa adalah fenomena
astronomis saat posisi
matahari melintasi
meridian langit. Dalam
penentuan waktu shalat,
istiwa digunakan sebagai
pertanda masuknya
waktu shalat Zuhur. Pada
saat tertentu di sebuah
daerah dapat terjadi
peristiwa yang disebut
Istiwa Utama atau 'Istiwa
A'zam' yaitu saat posisi
matahari berada tepat di
titik Zenith (tepat di atas
kepala) suatu lokasi.
Namun peristiwa ini
hanya terjadi di daerah
antara 23,5 ˚ Lintang
Utara dan 23,5˚ Lintang
Selatan.
Istiwa Utama yang terjadi
di kota Makkah
dimanfaatkan oleh kaum
Muslimin di negara-
negara sekitar Arab
khususnya yang berbeda
waktu tidak lebih dari 5
(lima) jam untuk
menentukan arah kiblat
secara presisi
menggunakan teknik
bayangan matahari.
Istiwa A'zam di Makkah
terjadi dua kali dalam
setahun yaitu pada
tanggal 28 Mei sekitar
pukul 12.18 Waktu
Makkah dan 16 Juli
sekitar pukul 12.27 Waktu
Makkah. Fenomena
Istiwa Utama terjadi
akibat gerakan semu
matahari yang disebut
gerak tahunan matahari
(musim) sebab selama
bumi beredar
mengelilingi matahari
sumbu bumi miring 66,5 ˚
terhadap bidang edarnya
sehingga selama setahun
terlihat di bumi matahari
mengalami pergeseran
23,5 ˚ LU sampai 23,5˚ LS.
Saat nilai azimuth
matahari sama dengan
nilai azimuth lintang
geografis sebuah tempat
maka di tempat tersebut
terjadi Istiwa Utama
yaitu melintasnya
matahari melewati
zenith.
.Teknik penentuan arah
kiblat menggunakan
Istiwa Utama sebenarnya
sudah dipakai lama sejak
ilmu falak berkembang di
Timur Tengah. Demikian
halnya di Indonesia dan
beberapa negara Islam
yang lain juga banyak
menggunakan teknik ini.
Sebab teknik ini memang
tidak memerlukan
perhitungan yang rumit
dan siapapun dapat
melakukannya. Yang
diperlukan hanyalah
sebilah tongkat dengan
panjang lebih kurang 1
meter dan diletakkan
berdiri tegak di tempat
yang datar dan mendapat
sinar matahari. Pada
tanggal dan jam saat
terjadinya peristiwa
Istiwa Utama tersebut
maka arah bayangan
tongkat menunjukkan
kiblat.
Karena di negara kita
peristiwanya terjadi pada
sore hari maka arah
bayangan tongkat adalah
ke Timur, sedangkan arah
bayangan sebaliknya
yaitu yang ke arah Barat
agak serong ke Utara
merupakan arah kiblat
yang benar. Cukup
sederhana dan tidak
memerlukan ketrampilan
khusus serta perhitungan
perhitungan rumus-
rumus. Jika hari itu gagal
karena matahari
terhalang oleh mendung
maka masih diberi
roleransi penentuan
dilakukan pada H+1 atau
H+2.
Saat matahari di atas
Ka'bah semua bayangan
matahari mengarah ke
sana
Penentuan arah kiblat
menggunakan teknik
seperti ini memang hanya
berlaku untuk daerah-
daerah yang pada saat
peristiwa Istiwa Utama
dapat melihat secara
langsung matahari dan
untuk penentuan
waktunya menggunakan
konversi waktu terhadap
Waktu Makkah.
Sementara untuk daerah
lain di mana saat itu
matahari sudah terbenam
misalnya wilayah
Indonesia bagian Timur
praktis tidak dapat
menggunakan teknik ini.
Sedangkan untuk
sebagian wilayah
Indonesia bagian Tengah
barangkali masih dapat
menggunakan teknik ini
karena posisi matahari
masih mungkin dapat
terlihat. Namun demikian
masih ada teknik lain
yang juga menggunakan
bayangan matahari untuk
menentukan arah kiblat
dari suatu tempat di
seluruh permukaan bumi
yang akan dibahas nanti
pada artikel berikutnya.
Tempat yang
memungkinkan
penentuan arah kiblat di
daerah terang
Berdasarkan perhitungan
astronomis menggunakan
program Simulator
Planetarium Starrynight
diperoleh posisi matahari
secara presisi saat
terjadinya Istiwa Utama
di Makkah tahun 2007 ini.
Pertama, tanggal 28 Mei
2007 pukul 09:18:37 GMT
atau 12:18:37 Waktu
Makkah atau 16:18:37 WIB
kedua tanggal 16 Juli 2007
pukul 09:26:56 GMT atau
12:26:56 Waktu Mekkah
(GMT+3) atau 16:26:56
WIB (GMT+7) dengan
posisi matahari berada di
azimuth 294° 42.792' dan
ketinggian (altitude) 14°
37.9'. Seperti tertera
pada gambar di bawah
ini.
Dari Yogyakarta Posisi
matahari masih cukup
tinggi untuk melakukan
pengukuran.
.Teknik Penentuan Arah
Kiblat menggunakan
Istiwa Utama :
1. Tentukan lokasi masjid/
mushalla/langgar atau
rumah yang akan
diluruskan arah
kiblatnya.
2. Sediakan tongkat lurus
sepanjang 1 sampai 2
meter dan peralatan
untuk memasangnya.
Siapkan juga jam/arloji
yang sudah dikalibrasi
waktunya secara tepat
dengan radio/televisi/
internet.
3. Cari lokasi di samping
Selatan atau di halaman
masjid yang masih
mendapatkan penyinaran
matahari pada jam-jam
tersebut serta memiliki
permukaan tanah yang
datar dan pasang tongkat
secara tegak dengan
bantuan pelurus berupa
tali dan bandul. Persiapan
jangan terlalu mendekati
waktu terjadinya istiwa
utama agar tidak
terburu-buru.
4. Tunggu sampai saat
istiwa utama terjadi
amatilah bayangan
matahari yang terjadi
(toleransi +/- 2 menit)
5. Di Indonesia peristiwa
Istiwa Utama terjadi
pada sore hari sehingga
arah bayangan menuju ke
Timur. Sedangakan
bayangan yang menuju ke
arah Barat agak serong
ke Utara merupakan arah
kiblat yang tepat.
6. Gunakan tali, susunan
tegel lantai, atau
pantulan sinar matahari
menggunakan cermin
untuk meluruskan lokasi
ini ke dalam masjid /
rumah dengan
menyejajarkannya
terhadap arah bayangan.
7. Tidak hanya tongkat
yang dapat digunakan
untuk melihat bayangan.
Menara, sisi selatan
bangunan masjid, tiang
listrik, tiang bendera
atau benda-benda lain
yang tegak. Atau dengan
teknik lain misalnya
bandul yang kita gantung
menggunakan tali
sepanjang beberapa
meter maka bayangannya
dapat kita gunakan untuk
menentukan arah kiblat.
Sebaiknya bukan hanya
masjid atau mushalla /
langgar saja yang perlu
diluruskan arah
kiblatnya. Mungkin kiblat
di rumah kita sendiri
selama ini juga saat kita
shalat belum tepat
menghadap ke arah yang
benar. Sehingga saat
peristiwa tersebut ada
baiknya kita juga bisa
melakukan pelurusan
arah kiblat di rumah
masing-masing. Dan juga
melakukan penentuan
arah kiblat tidak mutlak
harus dilakukan pada
tanggal tersebut bisa saja
mundur atau maju 1-2
hari karena
pergeserannya relatif
sedikit yaitu sekitar 1/6
derajat setiap hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar